Jangan Menyukai “Viral” yang Instan

أدفن وجودك في أرض الخمول فما نبت مما لم يدفن لا يتم نتاجه

Udfun wujuudaka fi ardh al-khumul, fama nabata mimma lam yudfan la yatimmu nitajuhu

Kuburlah dirimu dalam bumi ketidaktampakan (al-Khumul), sebab sesuatu yang tumbuh dari benih yang tak ditanam dibalik ketidaktampakan tak akan sempurna buahnya.

Makna

Khumul adalah kondisi dimana Anda terhalang dari perhatian khalayak ramai atau sebuah keadaan dimana Anda tak tenar dan tak diketahui orang lain. Ada lagi pendapat yang menyatakan bahwa khumul ialah kondisi dimana seseorang sama sekali tidak dianggap keberadaannya oleh orang lain. ibn Athaillah mengajak manusia untuk mengubur dirinya di bumi ketidaktenaran. Kalam ini mungkin bertolak belakang dengan kondisi hari ini dimana semua orang sedang berlomba untuk mencari ketenaran, bahkan cenderung dengan melakukan sesuatu yang tidak benar demi ‘viral’.

Kalam tasawuf ini mengingatkan kita untuk tidak menyukai ‘viral’ yang instan. Anda boleh menjadi viral dengan sesuatu yang baik dan telah melalui kondisi khumul (bekerja keras, tekun, dan istiqomah yang tidak diketahui orang).

Makna lain dari kalam ini adalah betapa banyak orang Sufi, orang-orang Shaleh yang telah bersembunyi dari ketenaran demi menjaga hubunganNya dengan Allah. Betapa banyak orang shaleh yang tampak tidak shaleh. Tidak pernah menggunakan pakaian ala ustadz atau kiai, bahkan tidak pernah update status ketika shalat tahajjud atau ibadah lainnya. Dalam sebuah hadits Qudsi, Rasulullah bersabda: “seringkali ada orang yang rambutnya terlihat kacau, mukanya berdebu, bajunyapun jelek, sementara orangorang ingin menjauh darinya karena pemandangan lahiriah yang buruk, tetapi jika ia bersumpah dan meminta sesuatu pada Tuhan, maka Allah akan langsung mengabulkannya”.

Apa makna hadits qudsi di atas? Kadangkala ada orang yang menurut kita tidak layak dijadikan teman karena tampilan fisik yang kacau, padahal dia adalah yang paling dekat pada Allah dan yang paling sering do’anya dikabulkan. Maka, jangan sekali-kali meremehkan orang lain, sebab bisa jadi orang lain tersebut sesungguhnya sedang mengamalkan kalam tasawuf ibn Athaillah: “kuburlah dirimu di bumi ketidaktenaran”. Sebab saat seseorang tenar, maka akan ada kemungkinan memiliki penyakit hati seperti Sombong.

Sumber: Buku Teosofi (Pengantar Teologi Islam dan Tasawuf), gubahan Rois Imron Rosi (Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang).

Editor: Ghita Selvia