Indifference to material riches-1

 أَرِحْ نَفْسَكَ مِنَ التَّدْبِيْرِ فَمَا قَامَ بِهِ غَيْرُكَ عَنْكَ لَا تَقُمْ بِهِ لِنَفْسِكَ

Istirahatkan dirimu dari kesibukan mengurusi duniamu. Urusan yang telah diatur Allah tak perlu kau sibuk ikut campur. Don’t bother to think (about your worldly fortunes).Why do you undertake to do what someone else has already done on your behalf.

– Ibnu ‘Athā’illāh al-Iskandarī –

Seseorang Kerap merencanakan berbagai hal bagi dirinya sesuai dengan keinginan nafsunya. Kemudian, untuk menggapai rencana yang telah ditetapkannya itu, ia melakukan berbagai pekerjaan yang menyibukkan dirinya. Tentu saja, hal ini akan membuatnya lelah. Bahkan mungkin pula kecewa, terutama bila sebagian besar perkara yang telah direncanakannya itu tidak berhasil diwujudkan.

Dengan menggunakan lafaz “istirahat”, Ibnu ‘Athā’illāh ingin menjelaskan kepada para murīd bahwa mereka dituntut untuk meninggalkan segala perkara yang menyebabkan keletihan dan penderitaan. Kecuali, jika perencanaan atau pengaturan tersebut ditujukan untuk sekadar memenuhi tuntutan hidup dan tak sampai memberatkan. Tentu saja, hal ini tidak akan merugikan diri. Bahkan pepatah mengatakan: “Perencanaan adalah setengah dari kehidupan.”

Urusan-urusan yang telah diatur Allah hendaknya dijauhi oleh seorang murīd. Ia tak perlu lagi sibuk mengurusi apa yang telah ditangani Allah karena tindakan semacam itu termasuk sikap “sok tahu” yang tak layak dilakukan oleh orang yang berakal. Lagi pula, tindakan itu bertentangan dengan prinsip rubūbiyyah (kepengaturan) dan takdir Allah, selain juga bisa melalaikan ibadah.

Hikmah di atas ditujukan sebagai peringatan bagi para murid karena biasanya apabila seorang murīd sedang menghadap Tuhan dan sibuk dengan zikir-zikir dan ibadah-ibadahnya, seluruh sebab penghidupan duniawi akan terputus darinya. Saat itulah, setan datang dan mulai membisikinya, mengiming-iminginya dengan berbagai hal yang sebagian besarnya tidak akan pernah terwujud. Bisikan setan itu kemudian akan membuat si murīd lalai, bahkan meninggalkan kebiasaan zikir dan ibadah. Tips untuk menghindari hal itu ialah banyak berzikir dan riyādhah (olah jiwa). Dengan zikir dan riyādhah, seorang murid akan dijauhi setan dan terhindar dari kesibukan menyusun rencana ini dan itu yang membuatnya letih.

[Ulasan dari syeikh ‘Abdullah bin Hijazi al-Syarqawi dalam al-Minah al-Qudsiyyah ‘ala al-Hikam al-‘Athaiyyah]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *