By: Arie W. Kruglanski, Jocelyn J. Belanger, Rohan Gunaratna Publisher: Oxford University Press Published: 23 May 2019
Buku ini mengidentifikasi tiga determinan utama radikalisasi yang berkembang menjadi ekstremisme kekerasanm (violent extremism) yang dikenal dengan teori 3N. Penentu pertama adalah kebutuhan (Need) : keinginan universal individu untuk signifikansi pribadi. Penentu kedua adalah narasi (Narrative) . Karena signifikansi diberikan oleh anggota kelompok seseorang, narasi kelompok memandu anggota dalam pencarian mereka akan signifikansi. Penentu ketiga adalah jaringan (Network) : keanggotaan kelompok seseorang yang memvalidasi narasi dan yang memberikan penghargaan (penghormatan dan pemujaan) kepada anggota yang menerapkannya.
Pencarian signifikansi diaktifkan dalam salah satu dari tiga cara utama: (a) melalui hilangnya signifikansi yang disebabkan oleh kegagalan pribadi atau penghinaan terhadap identitas sosial seseorang (misalnya, etnis, agama, ras), (b) melalui ancaman kehilangan signifikansi jika seseorang gagal menanggapi tantangan atau mempertahankan nilai-nilai kelompoknya, dan/atau (c) melalui kesempatan untuk mendapatkan keuntungan yang signifikan (misalnya, menjadi pahlawan atau martir) dengan mempertahankan nilai-nilai kelompoknya tanpa pamrih.
Dalam kelompok yang melihat nilai-nilai mereka (misalnya, agama, kedaulatan, budaya) di bawah ancaman dari beberapa aktor (nyata atau khayalan), narasi sering membenarkan kekerasan terhadap pencela dan menggambarkannya sebagai jalan tertinggi menuju signifikansi. Khususnya ketika kekerasan bertentangan dengan norma-norma masyarakat arus utama, pengesahan hubungan signifikansi-kekerasan oleh jaringan lokal menjadi sangat penting. Model radikalisasi 3N saat ini dan berbagai bukti empiris yang mendukungnya dimanfaatkan untuk menafsirkan teori radikalisasi sebelumnya dan untuk mengatasi masalah utama dalam domain deradikalisasi dan residivisme.