Ali Muhammad Ash-Shalabi mengelompokkan makna wasathiyah menjadi dua bagian. Dia juga menjelaskan bahwa kata wasathiyah berasal dari tiga huruf, yaitu wâwu, sîn, dan tha‟. Kedua kelompok makna wasathiyah tersebut yaitu, Pertama, jika wasathiyah diambil dari kata wasthu, dengan menjadikan sîn berharakat sukun, maka ia berfungsi sebagai zharf (keterangan), dan memiliki arti baina (di antara). Jika dikatakan jalastu wasthal qaumi, berarti aku duduk di antara kaum itu. Kedua, jika wasathiyah diambil dari kata wasatha, dengan menjadikan sîn berharakat fathah, maka ia memiliki beberapa makna;
- Sebutan untuk sesuatu yang berada di antara dua benda, dan masih merupakan bagian dari keduanya atau di tengah. Jika dikatakan jalastu wasatha ad-dâr, berarti aku duduk di tengah rumah, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Manzhur dalam kamus Lisânul Arab.
- Wasatha berarti pilihan, paling utama, dan paling baik. Karena tengah-tengah dari segala sesuatu adalah paling baiknya dan sering menjadi pilihan, seperti bagian tengah dari kalung, maka ia adalah bagian terbaiknya karena terdapat bandol yang bisa saja terbuat dari permata, dan lainnya.
- Wasatha berarti juga adil, karena paling adilnya sesuatu adalah yang paling tengahnya.
- Wasatha juga berarti antara yang baik dan yang buruk, sebagaimana yang dijelaskan oleh al-Jauhari dalam kitab al-Shahhah, dan al-Fairus Abbadi dalam kamus al-Misbâhul Munîr. Dia juga mengatakan, bahwa al-wasath dengan harakat fathah di atas Sîn berarti al-mu‟tadil (yang seimbang).