UMMATAN WASATHAN: Tadabbur al-Baqarah: 143


Oleh: Mokhammad Yahya

“Sungguh segala sesuatu memiliki dua ujung dan sebuah pertengahan 
Jika engkau memegang satu dari ujungnya, ujung yang lain akan membengkok 
Jika engkau memegang tengahnya, dua ujungnya akan seimbang
Kamu harus selalu mencari titik tengah dalam apapun.”

[Wahb ibn Munnabih]

“Wisdom consists in being moderate not out of horror of excess, 
but out of love for the limit.”

[Nicolás Gómez Dávila]

Hari kamis di bulan Ramadhan 1443 H yang mulia, bom mengerikan meledak di Mazar-i-Sharif tepatnya di masjid Syiah yang menewaskan 31 orang dan melukai 87 lainnya. Sehari setelahnya di masjid kaum sufi di kota Kunduz, ledakan kembali membunuh 33 orang dan mencederai 43 lainnya. Pelakunya mengaku sebagai aktivis ISIS yang selain melihat kaum syiah dan sufi sebagai muslim heterodox, mereka juga memang berseberangan dan bermusuhan (rivalry) dengan Taliban yang menguasai pemerintahan Afghanistan saat ini. Mengapa praktek keberagamaan (religiosity) bisa sedemikian barbarik dan tidak manusiawi (inhuman)?

Kekerasan dan terorisme atas nama agama yang seakan  tanpa henti  sebagai praktek keberagaman  inilah yang ditakutkan Mohammed Bin Salman, the Crown Prince of Saudi Arabia, sehingga ia berjanji akan membawa kembali Islam moderat yang sebelumnya diyakini telah tumbuh subur di Timur Tengah sebelum era 1970 an. Di Indonesia Presiden Jokowi sendiri hendak mencanangkan tahun 2022 sebagai “the year of religious moderation” sebagai bagian dari program revolusi mental yang menjadi prioritas kerjanya. Moderasi beragama memang kini menjadi istilah seksi (sexy term) meskipun sekaligus juga masih kabur definisinya. Media barat secara umum memaknai muslim moderat sebagai ia yang dapat meminum alkohol, pergi ke clubs, berdansa tapi dalam waktu yang sama mengklaim tetap sebagai seorang muslim yang baik.  Sementara muslim yang menjalankan sholat 5 waktu, berjenggot, atau muslimah yang berhijab dilihat sebagai bagian representasi ekstrimisme dalam beragama. Tentu standar barat untuk ekstrimisme dan moderasi ini tidak dapat diaplikasikan bagi keberagamaan kita sebagai Muslim.

Standar Wasathiyyah

Standar wasathiyyah dalam Islam sudah pasti harus disandarkan kepada sumber otentik agama Islam itu sendiri yakni al-Quran dan sunnah Rasulullah. Salah satu ayat yang menjadi basis wasathiyyah adalah ayat ke 143 dari surat al-Baqarah karena merekam kata kunci (key term) ‘wasath’  yang secara semantik mengandung makna dasar (basic meaning) dari wasathiyyah itu sendiri.  Sedangkan ayat-ayat yang mengandung makna relational (relational meanings) seperti diantaranya  ‘adil, istiqamah, sadad akan dianalisis dan dikaitkan kelak kedalam tulisan ini agar dapat menyempurnakan usaha dalam memahami weltanschauung al-Quran terhadap konsep wasathiyyah.  Ayat ke 143 dalam surat al-Baqarah terbaca sebagai berikut:

  وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia”

Ayat ini secara menakjubkan terletak persis di tengah-tengah surat al-Baqarah yang totalnya berjumlah 286. Raymond K Farrin dalam artikelnya Surat al-Baqara: A Structural Analysis  menampilkan komposisi surat al-Quran yang berupa cincin…

[bersambung]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *